TAFSIR WAHYU 2 : 18-29
JEMAAT Di TIATIRA
Pendahuluan :
Tiatira adalah kota di propinsi Romawi wilayah Asia, di sebelah barat dari Negara Turki sekarang. Kedudukan kota ini sangat penting di “tanah genting” yang menghubungkan lembah Hermus dengan lembah Kaikus.
Kota ini merupakan kota produksi yang sangat berkwalitas. Di kota ini perkumpulan dagang dan pengusaha tekstil, garment, alat-alat perunggu, perusahaan kulit, pottery, perusahaan-perusahaan roti, dan banyak perkumpulan dagang dan perusahaan lainnya yang tumbuh dan aktif di kota ini. Salah satu hasil dari kota ini adalah kain ungu yang sangat baik..
Dewa Apollo yang secara mitos adalah anak maha dewa Zeus, adalah dewa utama kota tiatira. Karena inilah symbol kekuatan yang melindungi kota. Para pelaku ekonomi di sana perlu di lindungi oleh dewa yang maskulin seperti Apollo. Di antara kota yang bergemilang dengan uang, ada sekelompok minoritas yang hidup dengan mempertahankan iman kepada Yesus Kristus. Yang harus berjuang dengan tidak melibatkan diri dari kegiatan rutin secara sosial kemasyarakatan di sana.
Pandangan Idealis :
Pandangan idealis adalah pandangan yang cocok untuk pembahasan ini, karena Pandangan idealis, menganggap kitab wahyu bukanlah kitab yang menceritakan perilaku/ peristiwa, tetapi hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis, prinsip-prinsip yang di pakai oleh Allah.
Di dalam pembahasan ini terdapat Prinsip-prinsip yang di gunakan oleh Allah untuk menyatakan keinginan-Nya kepada Jemaat di Tiatira, yaitu :
- Allah ingin agar Jemaat di Tiatira Bertobat ( a.21).
- Allah ingin agar Jemaat di Tiatira hidup di dalam kebenaran
- Allah ingin Jemaat di Tiatira hidup menjaga kekudusan
Nats ini menceritakan tentang sisi negatif dari kota tiatira, dimana ada sebuah gereja yang membiarkan seorang wanita ‘Izebel’ yang mengajarkan bahwa perbuatan kebebasan sexual dapat di terima dan menjadi bagian dalam kehidupan. Izebel adalah seorang wanita yang hidup dalam sejarah Israel dengan rekor kejahatan yang sangat luar biasa. Ia mempengaruhi raja Israel yang bernama Ahab, supaya memerintah dengan sangat jahat. Ia memelihara nabi-nabi Baal, yang jika menyembah berhalanya dengan ritual – ritual telanjang dan menoreh – noreh badan.
Tetapi, sebagian dari para Teolog menyatakan bahwa “Izebel”yang di maksud dalam nats ini merupakan nama yang bersifat simbolis, saya pun setuju akan hal ini, karena izebel isteri dari raja ahab sudah hidup dari zaman perjanjian lama sebelum wahyu ini di ilhamkan kepada Yohanes, saya tidak tahu secara detail kapan izebel mati, tetapi menurut pengamatan saya izebel mati sebelum zaman Perjanjian Baru. Karena di Zaman Yesus bangsa Yahudi sudah jijik dengan nama Izebel, sehingga mereka menghindari nama Izebel untuk putri-putri mereka, karena kematiannya meninggalkan kesan yang buruk sekali bagi bangsa Yahudi dan nama Izebel adalah nama yang melambangkan kejahatan di mata para pembaca surat Yohanes.
Jadi, nama “Izebel” merupakan simbol dari ajaran yang mempengaruhi jemaat di Tiatira, dimana ajaran itu sama dengan kejahatan-kejahatan yang di lakukan oleh Izebel pada Zamannya.
Tafsiran :
Out Line :
- Pujian ( ayat 19)
- Teguran ( 20-23)
- Janji ( 24-29)
Nats ini di mulai dari ayat delapan belas, ayat ini menggambarkan Kristus. “ mataNya bagaikan nyala api”, artinya adalah Kristus mempunyai mata yang menyala-nyala, yang pendangannya dapat menerawang, untuk mengetahui semua tindakan-tindakan yang di lakukan oleh manusia.“kakiNya bagaikan tembaga”, khakolibano=tembaga=kuningan halus, dan tembaga adalah lambang dari penghakiman, yang artinya Kristus mempunyai kaki yang siap untuk menghakimi dan menginjak-injak musuhnya yaitu si iblis. Lalu kenapa ini menjadi kalimat pendahulu dalam perikop ini?
- Allah ingin menunjukan kepada jemaat, bahwa Dia adalah Allah yang mengetahui segalanya.
1. Pujian ( a.19),
Dalam ayat ini Allah mengakui perbuatan-perbuatan Jemaat di Tiatira, dalam Pekerjaan, Kasih, Iman, Pelayanan, dan Ketekunan.
Aku tahu “Pekerjaanmu”, ini adalah pujian Allah yang pertama kepada jemaat di Tiatira, orang-orang Tiatira adalah orang pekerja keras, mereka juga adalah orang-orang yang terlibat dalam kasih melayani orang lain, dengan uang mereka, tenaga, waktu dan semua yang dapat mereka lakukan untuk Tuhan.
Aku tahu “Kasihmu”, dan ini adalah pujian Allah yang kedua. Jemaat di Tiatira adalah jemaat yang mengasihi Tuhan. Bukan seperti jemaat di Efesus yang kehilangan Kasih, tetapi jemaat yang tetap di dalam Kasih. Tidak ada yang meragukan kasih dari jemaat di Tiatira, mereka memberi, mereka merangkul semua dalam kasih.
Aku tahu “Imanmu” , inilah pujian yang ketiga. Iman yang dimaksud disini adalah bukan sekedar kepercayaan atau arti-arti iman lainnya, kata iman disini lebih menunjukan kepada “Bukti” ( Pistis=Iman ), yaitu kehidupan iman yang penuh kuasa.
Aku tahu “Pelayananmu”, orang-orang di Tiatira adalah orang-orang yang melayani tanpa pamrih, mereka melakukan pelayanan dengan sepenuh hati mereka.
Aku tahu “ketekunanmu”, ini merupakan pujian terakhir dari kelima hal yang di puji Allah dari jemaat di Tiatira. Jemaat di Tiatira merupakan jemaat yang tida pernah “down” ketika menghadapi goncangan atau tekanan, iman mereka tidak pernah berhenti. Banyak orang yang putus imannya di tengah jalan, tetapi jemaat di Tiatira tidak pernah melakukan itu.
Dalam hal ini, Allah mempunyai Prinsip “agar jemaat tetap hidup dalam kebenaran"
2. Teguran (a.20-23),
Masih di dalam konteks “Allah mengetahui segalanya”, selain mengetahui sisi positive dari jemaat di Tiatira, tentunya Allah juga mengetahui sisi negative dari Jemaat di Tiatira. Di dalam ayat selanjutnya ada penyataan Allah yang menyatakan kekecewaan Allah terhadap sisi negative yang di lakukan oleh jemaat di Tiatira, “tetapi Aku mencela engkau”, terjemahan lain “Aku mempunyai keberatan terhadap kamu” ( terjemahan PBIK), disini Allah keberatan terhadap jemaat di Tiatira yang mengijinkan masuknya ajaran-ajaran yang bermuara pada pemuasan hawa nafsu berikut penyangkalan terhadapnya sebagai dosa dan kecemaran, ini adalah hal yang aneh ketika jemaat di Tiatira membiarkan hal itu terjadi dan bertoleransi akan hal semacam ini, dan inilah yang membuat Allah kecewa dengan jemaat di Tiatira, sehingga Allah menegur mereka dan memberikan sebuah ancaman, yaitu :
- Allah ingin menunjukan kepada jemaat, bahwa Dialah Allah yang Adil, yang memiliki hukum.
- “Akan di lemparkan ke ranjang orang sakit”, artinya bagi siapa yang tidak mau bertobat mereka akan di hempaskan kepada berbagi-bagai penyakit dan tidak akan beranjak dari ranjang kesakitan.
- “Akan di lemparkan kepada kesukaran besar”, artinya bagi yang tidak bertobat akan mendapatkan kesukaran yang tidak dapat di atasi di dalam kehidupannya.
- “Anak-anak mereka akan mati”, artinya kepada yang tidak bertobat, generasi mereka akan mati di dalam iman, mati di dalam moral dan ethika, dan mati secara fisik juga. Karena dalam ayat ini ada kalimat yang menyatakan bahwa Allah akan membalaskan kepada jemaat menurut perbuatannya.
Dalam hal ini Allah mempunyai prinsip “ Agar jemaat Bartobat”
3. Janji ( a. 24-29 ),
Allah menghargai orang-orang yang mendisiplinkan diri dengan kebenaran! Bagi mereka yang bertekuk lutut kepada ajaran sesat, hal-hal di ataslah yang menjadi tujuan hidup mereka. Tetapi bagi orang yang berbalik dan membersihkan diri dari ajaran sesat itu, dan kepada jemaat yang menghindari ajaran itu, Allah memberikan janji yang luar biasa :
- Memerintah atas segala bangsa, ini adalah suatu penghormatan dari Tuhan terhadap jemaat-Nya untuk menjadikan jemaat yang bertobat dan setia bukan sebagai orang biasa di antara bangsanya, tetapi memerintah atas segala bangsa ( tongkat besi dalam ayat 27 melambangkan pemerintahan). Agar nyata bahwa memang berbeda antara orang yang jatuh dengan orang yang bertahan. Inilah reputasi yang sedang Allah persiapkan bagi Jemaat yang berkemenangan.
- Mendapatkan bintang Timur, bintang timur adalah sebuah bintang yang bersinar paling terang menjelang pagi. Itulah bintang Timur, ketika bintang-bintang yang lain tampak meredup, bintang timur tetap memancar lebih terang. Ini adalah gambaran masa depan orang yang tetap bertahan di dalam kebenaran Tuhan, semakin hari semakin terang di dalam Tuhan. Terang itu semakin memancar di tengah meredupnya orang-orang di luar Tuhan yang menuju kebinasaan, kegagalan, dan sampai kepada penghujung kehilangan harapan.
Dalam hal ini Allah mempunyai prinsip “ agar jemaat hidup di dalam kekudusan hingga mereka mendapatkan janji-Nya”. ( a.29 ).
Kesimpulan :
Jemaat di Tiatira adalah jemaat memiliki arah kehidupan yang benar, semakin hari semakin mengasihi Tuhan, semakin giat dalam melayani Tuhan, semakin berani menghadapi penderitaan, semakin setia dalam iman. Tetapi roh “toleransi” terhadap ajaran yang tampaknya tidak membahayakan, justru mengahancurkan sendi-sendi kehidupan iman mereka.
Disini perlu sekali kita sadari bahwa pentingnya kedisiplinan hidup untuk berkata ‘tidak’ terhadap ajaran yang ‘menghalalkan’ apa yang tidak kudus di hadapan Tuhan.
Jadi , sebagai Aplikasi untuk kehidupan kita saat ini adalah “ Let us back to our origin track” ( mari kita kembali kepada jalur yang semula ). Karena Tuhan sudah menyiapkan kehidupan yang cemerlang bagi orang yang tetap bertahan dan yang kembali dari keterpurukan kepada kebenaran Tuhan. “Puji Tuhan”
By : Daido Tri Sampurna Lumbanraja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar